Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Abrasi Parah di Desa Bondo Jepara, Faktor Alam Apa Kelalaian, dan Kerugian Capai Miliaran

Jumat, 30 Mei 2025 | Mei 30, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-30T15:18:51Z



Kabupaten Jepara - Radar-nasional.net

Abrasi pantai bisa terjadi karena beberapa faktor, dan secara umum itu terjadi karena faktor alam. Yang mana abrasi terjadi adanya proses pengikisan atau erosi tanah di daerah pesisir yang disebabkan oleh kekuatan ombak, arus laut, dan pasang surut. Proses ini menyebabkan hilangnya garis pantai, erosi tanah, dan kerusakan lingkungan pesisir. Abrasi juga dapat mengancam pemukiman dan infrastruktur di sekitar pantai.
Juga dapat disebabkan oleh faktor alam seperti kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, serta ulah manusia seperti pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan dan penggunaan bahan kimia yang merusak. Dampak abrasi sangat luas, mulai dari hilangnya lahan pantai, kerusakan ekosistem pesisir, bisa mengancam area persawahan, hingga terganggunya mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada pantai.

"Untuk mencegah abrasi pantai, diperlukan upaya-upaya seperti penanaman mangrove, pembangunan dinding pantai, dan pengelolaan sumber daya pantai secara berkelanjutan. Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan pesisir."


Dan salah satu kejadian abrasi tersebut terjadi di desa Bondo, yang mana abrasi terjadi dampak dari dimulainya pembangunan PLTU di Dukuh Sekuping Desa, Tubanan, Kecamatan Kembang. Dan abrasi terus berlanjut dan berkepanjangan, mengakibatkan hilangnya lahan persawahan milik beberapa petani, sekurang-kurangnya ada 5 orang yang alami kerugian dari dampak abrasi.


Sedangkan pembangunan PLTU TJB Tanjung jati B dimulai pada tahun 2002 sampai tahun 2015, abrasi semakin tambah parah ketika dimulai pengembangan pembangunan di unit 5 dan 6 ( BJP), dan hingga sampai hari ini tambah lebih parah. Hal itu diutarakan oleh HS (53) perwakilan warga yang terdampak pada media, Jumat (30/5/2025) sore.



Lanjutnya, 5 orang yang terdampak tersebut adalah pemilik sah lahan sawah tersebut, yang masing-masing memiliki sertifikat SHM dan sampai detik ini masih bayar pajak, dengan luas keseluruhan -+ 1,8 hektar atau 18.000 ribu meter bujur sangkar. Kemudian jika dihitung terjadinya abrasi atau hilangnya area persawahan tersebut diperkirakan per tahunnya sekitar 5 sampai 7 meter.
Padahal sejak dulu sebelum adanya pembangunan PLTU tidak pernah terjadi abrasi yang ada akresi di area tersebut, tambahnya. 


Sementara menurut Mbah Roni, warga setempat yang mana keseharianya bercocok tanam dan juga mengembalakan Sapi di area Balai Kambang mengatakan, Biyen sak durunge ono PLTU aman aman ae tapi sak iki sawah do ilang dadi segoro, petani do nangis mergo sawahe ilang dadi segoro "(dulu sebelum ada PLTU aman aman saja, tapi sekarang ini sawah hilang jadi laut, petani sekarang sama menangis karena sawahnya hilang jadi lautan)." Tuturnya. 


Di tempat berbeda Petinggi Desa Bondo, H. Purwanto menyampaikan kalau abrasi itu benar adanya dan itu betul sekali sangat parah, serta kondisinya saat ini sangat amat parah. Dan abrasi juga mengenai area persawahan dengan luas yang terdampak mencapai puluhan hektar, terangnya. 


Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara, Farikha Elidah, ST., MT., mengatakan adanya abrasi di desa Bondo sebatas tahu dan mendengar, ucapnya. 
(Yusron)
×
Berita Terbaru Update